Sunday, October 12, 2014

Well... This is it...

Sebenarnya selama ini aku adalah orang yang tidak suka mencampuradukan urusan pekerjaan dengan urusan pribadi. Biarpun selama ini aku memiliki keahlian dan bakat dalam bidang strategi, komunikasi, analisa juga psikologi, dan daya intuisi yang kuat, yang sangat berguna dalam pekerjaanku sehari2, aku tidak selalu menggunakan keahlianku itu dalam kehidupan pribadiku sehari-hari.. Mengapa? Ya untuk apa membesar2kan urusan yang remeh.. Apalagi dalam hal bergaul dengan ibu2 di sekolahan anak2ku, gabungan dari berbagai macam jenis ibu2 dengan berbagai latar belakang sosial dan pendidikan, yaa seperti kata Gus Dur jugaa, Gitu Aja Koq Repott siihh... yaa santai aja lahh, aku anggap pergaulanku di sekolah hanya sebagai salah satu selingan ringan dalam rutinitas kehidupanku sehari-hari... jadi yaa aku sih positif

Tapi setelah kejadian ini, seperti yang telah aku ceritakan dalam tulisanku sebelumnya... terpaksa aku harus menggunakan keahlian dan bakatku ituu.. bagaimana tidak.. aku terpaksa harus menggunakan akalku untuk menganalisa sebetulnya ini apa sih yang terjadi.. Aku yang terbiasa harus berpikir sistemik dan sistematis, dengan menggunakan timeline yang jelas dan lugas, harus terpaksa menerima masukan bahwa: Putri kecilku tukang bully, hobi marah2, tukang ngatur, tukang bikin nangis anak orang, tukang pukul, membuat anak2 lain tidak nyaman dan sebagainyaa...

Sebetulnya sih yaa manusiawi masukan seperti itu muncul, namun hati kecil ini kow yaa terasa sulit menerima hal tersebut sepenuhnya.. Bukan apa2, bukan karena aku arogan dan tidak terima, tapi naluriku sebagai seorang bisnis proses dan sistem analis merasakan ada yang janggal dari semua ini...

Hipotesis : Putri kecilku tukang bully, hobi marah2, tukang ngatur, tukang bikin nangis anak orang, tukang pukul, membuat anak2 lain tidak nyaman, hal ini terjadi selama 3 tahun, membuat anak2 semua tidak nyaman dan tidak suka dengan anakku..

Fakta yang terlihat selama ini, karena kebetulan aku juga sering sekali menjemput bahkan menunggui putri kecilku, dan bahkan sering pula berkumpul di luar jam sekolah, dan anak2 itu bahkan pernah bermain di rumahku dan bahkan sampai menginap, aku bisa melihat beberapa hal :

1, Anak2 itu tetap masih suka bermain normal dengan anakku, tidak terlihat takut. Kalau memang anakku adalah seorang "monster" tentunya anak2 itu tidak akan suka main dengan anakku, atau minimal akan terlihat takut.
2. Anak yang disebut selalu menangis di pojokan masjid oleh putriku itu dan butuh bantuan psikolog itu, jujur selama aku menjemput putri kecilku, aku jarang melihat dia menangis. Aku justru pernah melihat dia menangis, karena jatuh, karena diganggu oleh sepupunya sendiri, dan karena dibentak oleh ibunya sendiri. Bahkan kabarnya oleh adiknya sendiri pun dia juga dipaksa harus mengalah. Lah kalau memang di internal keluarganya pun sudah bermasalah, mengapa semua harus dilampiaskan pada putri kecilku?
3. Sampai H-2 kejadian itu, aku masih melihat anak2 bermain normal di acara ulang tahun si anak tersebut, bahkan sebelumnya di ulang tahun putri kecilku. H-1 aku malah melihat anak2 itu masih dadah2 pada putri kecilku di mobil.
4. Sejujurnya saat ini putri kecilku malah sedang jarang main dan berinteraksi dengan mereka, sejak ekskul balet ditiadakan, anakku jarang ikut kumpul, ikut kegiatan tari sunda baru 2 kali saja itupun aku selalu menjemputnya, dan setiap jam pulang sekolah anakku selalu pulang tepat waktu tidak ikut rombongan anak itu main dan nongkrong berjam-jam di balai kota. Dan intuisiku berkata hal ini justru ada hubungannya yang kuat dengan kejadian ini.
5. Cerita-cerita versi dari putri kecilku yang menurut aku justru malah lebih logis masuk akal dan merunut kepada timeline 3 tahun. Anakku selalu bercerita dengan detail, lugas dan runut.. bukan seperti teman2nya yang bercerita tak jelas dan detail sehingga harus disimpulkan sendiri oleh ibu2 mereka.
6. Somepeople yang menjadi narasumber justru terbukti nyata tidak dapat menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar, semua lebaaiii dan tidak sistematis dan tidak konsisten. Apakah kesaksian dari orang yang seperti itu bisa dipercaya?
7. Karakter putri kecilku yang memang anak yang sangat tertib dan normatif pada aturan, dewasa, sangat mandiri dan percaya diri, ekstrovert, berani dan bawel.. bukan tidak mungkin justru ini yang menjadi masalah dan bumerang baginya..
8. Putriku memang kuat seperti Xena dan Elizabeth Swan.. mungkin cubitan main2 dan colekan main2nya  lebih terasa sakit karena tenaganya lebih besar :)
9. Masukan dari guru2nya yang selalu baik terhadap putriku sayang.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas dan setelah berdiskusi dengan suamiku tercinta, ahirnya aku dapat menganalisa beberapa hal :
1. Kondisi mendiamkan tapi ngageremet dalam hati dan kebanyakan ngagosip antar ibu2 selama 3 tahun ini menjadikan semua fakta menjadi blur, tidak merunut kepada suatu timeline yang jelas. Mengharapkan anak2 dan ibu2 itu berpikir sistemik sistematis menggunakan timeline? ahh aku pikir itu sama saja mengharapkan harapan semu, maaf.. aku ga yakin mereka mau dan mampu :)
2. Sepertinya betul memang anak2 itu tidak suka dengan putriku.. mungkin memang putriku pernah punya kesalahan dan pastinya putriku pun punya kekurangan.. Sifatnya yang normatif pada aturan itu yang seringkali membuatnya usil untuk menasihati teman2nya yang masih kekanak2an.. ditambah dengan kebawelannya mungkin malah mengesankan dia marah2.. Sifatnya yang pemberani membuat dia lebih tough dan mampu melawan, bukan hanya bisa menangis di pojokan. Sifatnya yang ekstrovert membuat dia lebih ekspresif mengeluarkan isi hatinya. Rasa percaya dirinya yang tinggi yang membuat dia lebih memiliki insiatif untuk mengatur daripada teman2nya yang lebih bersifat sebagai tim hore saja. Dan sifat2nya ini yang mungkin membuat teman2nya tidak suka pada dia... bukan apa2, yaa sifat2 ini pasti menjadikan anakku sebagai pemeran utama, bukan sebagai pemeran pembantu atau bahkan side kick :) Dan mungkin ini justru yang tidak disukai oleh teman2nya.. ketika pada ahirnya putriku justru lebih jarang bermain dengan mereka, para pemeran pembantu itu mungkin merasa senang tidak ada sang pemeran utama, dan ahirnya memutuskan untuk menghilangkan peran dari si pemeran utama ini, dengan cara yang membuat gank baru dan tidak mengajak putri kecilku.. Ketika akhirnya masalah ini meluap, di tambah dengan buasan2 dari ibu2 yang tidak memahami timeline, semakin nyatalah masalah ini menjadi gunung es..
3. Banyak anak yang memang sudah bermasalah dari sebelumnya.. si anak yang selalu menangis ini, ternyata juga suka take advantage dari putri kecilku koq, kalau dia merasa tertekan pada putriku mana mungkin dia berani take advantage sama putri kecilku?, si anak yang bilang lebih suka kalau putri kecilku tidak ada, mungkin memang dia tidak suka menjadi pemeran pembantu. si anak yang mengaku suka dipukul ahh ibunya saja harus belajar bagaimana menggunakan bahasa dengan baik dan benar lagi koq, apa mungkin bisa dipercaya? Si anak yang satu lagi.. well dia sih hanya penggembira, ikut arus.. ibunya saja jelas2 nyata main aman koq :)

Ahirnya aku dapat kesimpulan yang cukup melegakan batinku...

1. Putriku memang pasti pernah berbuat kesalahan baik yang dia sadari maupun tidak dia sadari.. Tapi putriku tidak jahat.. mungkin hanya orang2 saja yang tidak suka dan salah mengerti maksud baiknya..
2. Putriku sepertinya memang sengaja disingkirkan oleh teman2nya, entah alasan apaa.. mungkin mereka tidak suka dengan keberadaan sang pemeran utama.. mungkin para pemeran pembantu ingin merasakan jadi pemeran utama.. Ya.. putriku dikambinghitamkan oleh mereka..
3. Si anak yang selalu menangis.. well dia memang punya masalah sepertinya, banyak faktor penyebabnya, baik ibunya, adiknya, kakak sepupunyaa... tapi sayangnya mereka memilih putri kecilku sebagai pelampiasannya..
4. Putriku anak yang cerdas dan kuat.. tanpa harus aku ajarkan berlebihan, dia sudah mengerti bagaimana dia akan bersikap di sekolah sehubungan dengan hal ini.. kesimpulan yang dia ambil sesuai dengan harapan aku dan ayahnya.. InsyaAllah.. putriku pasti survive..
5. Dan untuk aku sendiri... kejadian ini cukup membuka mataku siapa mereka yang sebenarnya.. terpampang jelas dan nyata karakter asli mereka semua.. Yaa sudah lah, tak perlu terlalu banyak bergaul dengan mereka...


Baiklah sayaang... Mari kita tunjukkan kita lebih hebat.. Tunjukkan dengan prestasimu,, tunjukkan dengan kebaikanmu... Bunda percaya kamu anak yang hebat.. Bismillah.. InsyaAllah...



No comments: